Sabtu, 01 Juni 2013

Hikayat Simiskin: Sinopsis, Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik



Karena sumpah Batera Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya dibuang  dari keinderaan  sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian Ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki  berkeliling di Negeri Antah Berantah dibawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman Raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istrinya makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin “ diamlah. Tuan jangan menangis. Biar kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi kepasar, pulanggnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya , dengan hati yang kesal dan penuh ketakutan, pegilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehhnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimaknnya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandungan itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (= anak didalam kesukaran ) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
 Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah berdirilah disitu sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya.
 Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya , dicarilah ahli-ahli nujum dari negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat dari Raja Antah Berantah , oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hhanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung dibawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api kekampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putra mahkota dari panglima Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Markamah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang mennawan cahaya chairani ( anak raja cina ) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu cahaya chairani berjalan-jalan ditepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan di ajaknya pulang. Marakarmah dan cahaya chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada cahaya chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut. Yang seterusnya ditelan oleh kan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke palinggam cahaya. Kemudian ,ikan nun terdampar di dekat rumah nenek kabayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan padi karena mendapat petunjuk dari burung rajawali, sampai Markamah dapat  keluar dengan bercela.
Kemudian, Markamah menjadi anak angkat nenek kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Alasannya, gubahan bunga Markamah dikenal dengan oleh cahaya chairani yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita nenenk kebayan mengenai Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beriingin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adalah adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
            Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Denga kesaktiannya diciptakannya kembali kerjaan Puspa Sari  dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Barantah  dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera ( saudara Cahaya Chairani )
Akhirnya, Marakarmah pergi kenegeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna  di mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi raja di palinggam Cahaya.
Unsur intrinsik :
1. Tema : kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.
2. Penokohan
· Si miskin : penyayang, baik, mudah terpengaruh,pemurah,adil.
· Putri Ratna Dewi : penyayang, keras kepala, baik.
· Marakarmah : bijaksana, penyayang, bertanggung jawab, baik.
· Nila Kesuma : baik, patuh dan penurut.
· Cahaya Chairani : baik.
· Maharaja indera dewa : iri hati, dengki, jahat.
3. Setting/ latar:
a. Tempat : Ngeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi pantai pulau raksasa, Kapal, Negeri Panglinggam Cahaya.
b. Waktu : dahulu kala.
c. Suasana : tegang, mencekam dan ketakutan, bahagia, menyedihkan.
4. Alur : menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan.
5. Sudut pandang : orang ketiga serba tahu
6. Amanat :
· Seorang pemimpin yang baik adala seorang yang adil dan pemurah.
· Hadapi semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
· Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan , semuua berada di tangan tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah di tentukan.
Unsur ekstrinsik
A. Nilai-nilai
1. Nilai Moral
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal dalam hidup kita. Jangan kita terlalu memaksa kehendak kita kepada orang lain.
2. Nilai Budaya
Sebagai seorang anak kita harus menghormati orang tua. Hendak nya seorang anak dapat berbakti kepada orang tua.
3. Nilai sosial
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanp
a rasa pamrih. Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
4. Nilai Agama
Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya. Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan segalanya.
5. Nilai Pendidikan
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.

2 komentar: