Rabu, 24 Februari 2016

AL-IMAM AHMAD BIN HANBAL Tauladan dalam Semangat dan Kesabaran dan Nasehat Beliau

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Ahmad bin Hanbal adalah seorang tauladan dalam 8 hal: tauladan dalam bidang hadits, fiqih, bahasa arab, Al-Qur’an, kefakiran, zuhud, wara’ dan dalam berpegang teguh dengan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam.

Hubungan Ilmu Akhlaq dengan Ilmu-Ilmu Lain

I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sebelum melangkah lebih jauh membahas materi, seyogyanya perlu dimengerti bahwa ahlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.[1] sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang harus diperbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus diperbuat.[2] Ilmu Akhlak sering disamakan dengan ethika, namun diantara keduanya memiliki perbedaan yaitu etika menentukan baik dan buruk perbuatan manusia dengan tolak ukur akal pikiran, sedangkan ilmu akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama.[3] Dengan demikian objek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Kaitannya dengan akhlak seseorang, itu tidak terlepas dari tingkah laku (sikap) dengan sesama dan penciptanya (Tuhannya). Maka dalam hal ini ilmu akhlak tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait dengan ilmu-ilmu lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan kontribusi ilmu akhlak terhadap ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya bagaimana kontribusi ilmu lain terhadap ilmu akhlak.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Hubungan ilmu ahklak dengan ilmu tasawuf?
2.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid?
3.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (psikologi)?
4.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan)?
5.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan?
6.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu filsafat?
7.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu hukum?
C.     Tujuan
Mengetahui korelasi ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu jiwa, ilmu sosiologi, ilmu pendidikan, ilmu filsafat, dan ilmu hukum. Serta kontribusi antara ilmu akhlak dengan ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya.
II.                PEMBAHASAN
1.      Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf
Pada ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi tiga bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Ketiga macam tasawuf ini memiliki perbedaan dalam hal pendekatan yang digunakan.[4]
Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf yaitu ketika mempelajari Tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankan kejujuran, persaudaraan, keadilan, tolong menolong, murah hati, pemaaaf, sabar, baik sangka, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikiran lurus, nila-nilai ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan  dimasukkan kedalam dirinya sejak kecil.
Sebagaimana  diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena tasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, dzikir, dan lain sebagainya. Yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan Akhlak.
2.      Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid
Ilmu tauhid adalah ilmu ushuluddin, ilmu pokok-pokok agama, yakni menyangkut aqidah dan keimanan, ilmu tauhid dapat disebut juga dengan Ilmu kalam, yang merupakan disiplin ilmu ke Islaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya.[5] sedangkan ahlak yang baik menurut pandangan Islam haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak sekedar cukup disimpan dalam hati. Melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal shaleh, barulah dikatakan iman itu sempurna, karena telah dapat direalisir.[6]
Jelaslah bahwa akhlaqul karimah adalah mata rantai iman. Sebagai contoh, malu (berbuat kejahatan) adalah salah satu dari akhlakul mahmudah. Nabi dalam salah satu hadits menegaskan bahwa “malu adalah salah satu cabang dari keimanan”.[7]
Sebaliknya akhlak yang dipandang buruk adalah akhlak yang menyalahi prinsip-prinsip iman. Seterusnya sekalipun manusia perbuatan pada lahirnya baik, tetapi titik tolaknya bukan karena iman maka hal itu tidak mendapatkan penilaian disisi Allah. Demikianlah adanya perbedaan nilai amal-amal baiknya orang beriman denganamal baiknya orang yang tidak beriman.[8]
Hubungan antara Aqidah dan Akhlak tercermin dalam pernyataan Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah r.a :
اَكْمَلُ اْالمٌؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًااَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“orang mu’min yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi pekertinya”[9]
3.      Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (psikologi)
Berbicara dalam hal relevansi dan hubungan ilmu akhlak dengan ilmu psikologi sebenarnya merupakan bahasan yang sangat strategis. Karena antara akhlak dengan ilmu psikologi memiliki hubungan yang sangat kuat dimana, objek sasaran penyidikan psikologi adalah terletak pada domain perasaan, khayal, paham, kamauan, ingatan, cinta dan kenikmatan.[10] Sedangkan akhlak sangat menghajatkan apa yang dibicarakan oleh ilmu jiwa, bahkan ilmu jiwa adalah pendahuluan tertentu bagi akhlak.[11]
Dengan lain perkataan, ilmu jiwa sasarannya meneliti paranan yang dimainkan dalam perilaku manusia, karenanya dia meneliti suara hati (dhamir), kamauan (iradah), daya ingatan, hafalan dan pengertian, sangkaan yang ringan (waham) dan kecenderungan-kecenderungan (wathif) manusia. Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa, yang menggerakan manusia untuk berbuat dan berkata. Oleh karena itu ilmu jiwa merupakan muqaddimah yang pokok sebelum mengdakan kajian ilmu ahlak.[12]
Akhlak akan mempersoalkan apakah jiwa mereka tersebut termasuk jiwa yang baik atau buruk. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa ahlak mempunyai hubungan dengan ilmu jiwa. Dimana ilmu ahlak melihat dari segi apa yang sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa meneropong dri segia apakah yang menyebabkan terjadi perbuatan itu.[13]
Pada masa akhir-akhir ini, terdapat dalam ilmu jiwa suatu cabang yang disebut “ilmu jiwa masyarakat” (social psychology). Ilmu ini menyelidiki akal manusia dari jurusan masyarakat. Yakni menyelidiki soal bahasa dan bagaimana bekasnya terhadap akal, adat kebiasaan suatu bangsa yang mudur dan bagaimana bekasnya terhadap akal, adat kebiasaan suatu bangsa yang mundur dan bagaimana susunan masyarakat. Dan bagi cabang ini memberi bekas yang langsung pada akhlak, melebihi dari ilmu jiwa perseorangan.[14]
4.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan)
Secara etimologis sosiologi berasal dari kata socius yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau di dalam arti luas adalah “ilmu pengetahuan yang berobjek pada masalah hidup bermasyarakat”.[15] Mempelajari masyarakat manusia yang pertama, dan bagaimana meningkat keatas, juga menyelidiki tentang bahasa, agama, dan keluarga, dan bagaimana membentuk undang-undang dan pemerintahan dan sebagainya. Mempelajari semua ini menolong untuk memberi pengertian akan perbuatan manusia dan cara menentukan hukum baik dan buruk.[16]
Hidup memasyarakat dapat dipahami dalam pengertian yang luas, bisa dipahami dalam dimensi sempit. Masyarakat dalam arti luas ialah kebulatan dari semua perhubungan didalam hidup masyarakat. Sedangkan dalam arti sempit ialah suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak semua aspeknya tetapi dalam berbagai aspek yang bentuknya tidak tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti tertentu, misalnya masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani, dan lain-lain.[17]
Mempersoalkan hubungan antara ahlak dengan ilmu sosiologi agaknya sangat signifikan karena ilmu ahlak membahas tentang berbagai perilaku manusia yang ditimbulkan oleh kehendak, yang tidak dapat terlepas dari kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian ilmu sosiologi.[18] Demikianlah karena manusia tidak dapat hidup kecuali bermasyarakat dan ia tetap menjadi anggota masyarakat. Bukan menjadi kekuasaan kita untuk mengetahui keutamaan seseorang dengan tidak mengetahui masyarakatnya, masyarakat mana yang dapat membantu keutamaan atau merintanginya.[19]
5.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu pendidikan
Antara ahlak dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan yang sangat mendasar dalam hal teoritik dan pada tatanan praktisnya. sebab, dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, ahlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya.  Apabila siswa diberi pelajaran “Ahlak”, pendidikan mengajarkan bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).
Dengan demikian, posisi ilmu pendidikan strategis sekali jika dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju perilaku yang baik. oleh karena itu, dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan untuk bisa dijadikan agen perubahan sikap dan perilaku manusia. Dari tenaga pendidik (pengajar) misalnya, perlu memiliki kemampuan profesionalitas dalam bidangnya. Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah keperubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan dan begitu pula sebaliknya.[20]
Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Perilaku dari masing-masing anak yang berlainan. Kondisi anak yang sedemikian rupa dalam interaksi antara anak satu dengan yang lainnya akan saling mempengaruhi juga pada kepribadian anak.[21] Dengan demikian lingkungan pendidikan mempengaruhi jiwa anak didik. Dan akan diarahkan kemana anak didik dan perkembangan kepribadian.[22]
6.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu filsafat
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat memiliki bidang-bidng kajiannya mencakup berbagai diiplin ilmu antara lain :
a.       Metafisika             : penyelidikan dibalik alam yang nyata
b.      Kosmologi             : penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c.       Logika                   : pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat
d.      Etika                      : pembahsan tentang tingah laku manusia
e.       Theodica               : pembahasan tentang ke-Tuhanan
f.       Antropologia         : pembahasan tentang manusia
Dengan demikian jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan berkembang dan akhirnya membentuk disiplin ilmu itu sendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.[23]
7.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu hukum
Pokok pembicaraan mengenai hubungan akhlak dengan ilmu hukum adalah perbuatan manusia. Tujuannya mengatur perbuatan manusia untuk kebahagiaanya. Akhlak memerintahkan untuk berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala apa yang mudlarat, sedang ilmu hukum tidak, karena banyak perbuatan yang baik dan berguna tudak diperintahkan oleh hukum, seperti berbuat baik kepada fakir miskin dan perlakuan baik antara suami istri. Demikian juga beberapa perbuatan yang mendatangkan kemadlaratan tidak dicegah oleh hukum, umpamanya dusta dan dengki. Ilmu hukum tidak mencampuri urusan ini karena ilmu hukum tidak memerintahkan dan tidak melarang kecuali dalam hal menjatuhkan hukuman kepada orang yang menyalahi perintah dan larangannya.[24]
Terkadang untuk melaksanakan undang-undang itu hajat mempergunakan cara-cara yang lebih membahayakan kepada ummat, dari apa yang diperintahkan atau dicegah olh undang-undang. Demikian pula ada keburukan-keburukan yang samar-samar, seperti mengingkari nikmat dan berkhianat, dan ini undang-undang tidak sampai untuk menjatuhkan siksaan kepada pelakunya. Maka itu tidak dapat jatuh dibawah kekerasan undang-undang, dan keadaanya dalam hal itu bukan seperti pencurian dan pembunuhan. Perbedaan lainnya adalah bahwa ilmu hukum melihat segala perbuatan dari jurusan buah dan akibatnya yang lahir, sedang akhlak menyelami gerak jiwa manusia yang atin (walaupun tidak menimbulkan perbuatan yang lahir) dan juga menelidiki perbuatan yang lahir.[25]
Ilmu hukum dapat berkata : “jangan mencuri, membunuh”, tetapi tidak dapat berkata sesuatu tentang kelanjutannya. Sedangkan ahlak, bersamaan dengan hukum mencegah pencurian dan pembunuhan. Akhlak dapat mendorong manusia untuk “jangan berfikir dalam keburukan”,”jangan mengkhayalkan yang tidak berguna”. Ilmu hukum dpat menjaga hak milik manusia dan mencegah orang untuk melanggarnya, tetapi tidak dapat memerintahkan kepada sipemilik agar mempergunakan miliknya untuk kebaikan. Adapun yang memerintahkan untuk berbuat kebaikan adalah akhlak.[26]
III.             SIMPULAN
Dari uraian diatas kami dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan ilmu akhlak jiwa kita lebih tenang damai, dan menjadi manusia yang lebih baik. Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu tasawuf, tauhid, psikologi, sosiologi, pendidikan, filsafat dan hukum adalah untuk mengetahui apakah keadaaan rohani dan jasmani baik individu ataupun masyarakat tertentu baik atau buruk.
IV.             PENUTUP
Demikianlah makalah tentang hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu lainnya yang telah penulis paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua


[1] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Ahlak. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004) Hal. 4
[2] Ahmad amin. Etika (ilmu ahlak). (Jakarta : Bulan Bintang, 1988) Hal. 15
[3] Asmaran AS. Pengantar Studi Akhlak. ( Jakarta : Rajawali Press, 1992). Hal. 7
[4] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ahlak Tasawuf pengenalan, pemahaman dan pengaplikasiannya. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013) Hal. 30-34
[5] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ibid. Hal. 24
[6] Hamzah Ya’qub. Etika Islam Pembinaan Ahlaqulkarimah. (Bandung : Diponegoro, 1985). Hal. 18
[7] Hamzah Ya’qub. Op. cit. Hal. 18
[8]Hamzah Ya’qub. Op. cit.. Hal. 18
[9]Hamzah Ya’qub. Op. cit Hal. 18
[10] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 56
[11] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20
[12]Ahmad Musthofa. Ahlak Tasawuf. (Bandung : Pustaka Setia, 1997) Hal. 22
   Rahmat Djatmika. Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia). (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996) Hal. 51-59
[13] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. 2004) Hal. 57
[14] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20
[15] Solardja Ponco Soetirto. Azas-Azas Sosiologi. (Gajah Mada). Hal. 5
[16] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20-21
[17] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 57-58
[18] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 58
[19] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20
[20] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 59-60
[21] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal.60
[22] Ahmad Musthofa. Ibid. Hal. 109-110
[23] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 60-61
[24] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 61-62
[25] Ahmad amin. Ibid. Hal. 21-22
[26] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 62.
DAFTAR PUSTAKA
Ar, Zahrudin, Hasanuddin Sinaga, 2004, Pengantar Studi Ahlak. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Amin, Ahmad, 1988, Etika (ilmu ahlak), Jakarta : Bulan Bintang
Nasution, Ahmad Bangun, Rayani Hanum Siregar, 2013, Ahlak Tasawuf pengenalan, pemahaman dan pengaplikasiannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ya’qub, Hamzah, 1985, Etika Islam Pembinaan Ahlaqulkarimah. Bandung : Diponegoro, 1985
Mustofa, Ahmad, 1997, Ahlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia.
Soetirto, Solardja Ponco, Azas-Azas Sosiologi, Gajah Mada.
Djatmika, Rahmat, 1996,  Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia, Jakarta : Pustaka Panjimas.
As, Asmaran, 1992, Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : Rajawali Press.

Rabu, 09 Oktober 2013

SUNAN AMPEL DAN DAKWAHNYA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Islam tersebar keseluruh penjuru dunia dengan cepat. Dalam waktu ± 23 tahun, islam sudah tersebar ke seluruh jazirah arabia berkat dakwah nabi Muhammad SAW. Cepatnya penyebaran islam itu tidak berarti bahwa dakwah yang dilakukkan nabi berjalan mulus begitu saja. Banyak halangan dan rintangan berat yang dihadapi beliau dari kaum kafir Quraisy.
Semenjak Rasulullah meninggal, banyak sahabat beliau yang melanjutkan dakwah dan menyebarkan agama islamke seluruh penjuru dunia.
Begitupun di Indonesia, agama Islam masuk melalui perdagangan oleh pedagang asal India. Sejak saat itulah bermunculan para ulama besaryang menyebarkan Islam ke seluruh nusantara. Salah satunya adalah Wali songo.
Para ulama, juru dakwah, atau mubaligh yang pantas dijadikan contoh amar ma’ruf-nahi munkar di tanah Jawa adalah Wali Songo. Mereka adalah orang yang berhasil menyebarluaskan Islam baik di lingkungan pesantren, penguasa kerajaan, maupun orang biasa.

Sabtu, 01 Juni 2013

Hikayat Simiskin: Sinopsis, Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik



Karena sumpah Batera Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya dibuang  dari keinderaan  sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian Ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki  berkeliling di Negeri Antah Berantah dibawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.

Kamis, 31 Januari 2013

Kata Kata Bijak Tentang Cinta

andal bisa gantiin sepatu, bambu bisa gantiin kayu, lilin pun biisa gantiin lampu, tapi satu yg hrz km tau, bhwa tdk adha yg biisa gntiin km dii hatiku.

Jadikanlah cinta qta seperti lilin yg rela hancur demi menerangi org yg qta syg dlm gelap  dan seperti kembang api  walau hanya sementara tapi membuat takjub org yg melihat.

Mengembalikan suatu kepercayaan dalam suatu hubungan itu sulit bagiku menyambung benang yang putus sudah di sambung tetap saja kelihatan luka itu.

Rabu, 30 Januari 2013

Munculnya Aliran_Aliran Dalam Islam

Mulai ada gejala timbulnya aliran-aliran dalam Islam adalah sejak pucuk pimpinan kekhalifahan dipegang oleh Utsman Ibnu Affan r.a., yaitu khalifah ke-3 setelah wafatnya Rasulullah saw.
Pada masa khalifah ketiga ini suasana politik mulai diwarnai oleh kepentingan kelompok, yang mengarah kepada terjadinya perpecahan di tubuh umat Islam, yang terus meruncing sampai terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, danakhirnya tampuk pimpinan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abu Thalib r.a.
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abu Thalib perpecahan di tubuh umat Islam terus berlanjut dan sangat sulit dicarikan solusinya. Umat Islam pada saat itu ada yang pro terhadap kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, yang menamakan dirinya kelompok Syiah dan ada yang kontra, yang menamakan dirinya Khawarij. Akhirnya, perpecahan itu meletus dan terjadilah peperangan yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Perang Siffin dan Perang Jamal.
Bermula dari situlah akhirnya timbul berbagai aliran di kalangan umat Islam. Masing-masing kelompok tersebut juga berpecah-belah. Sehingga, jumlah aliran di kalangan Islam menjadi banyak. Aliran Syiah, misalnya, pecah menjadi beberapa aliran, di antaranya ialah Syiah Imamiyah, Syiah al-Mukhlashiin, Syiah Tafdiliyyah, Syiah Bathiniyah, Syiah Mufadliiyah, Syiah Sarighiyah, Syiah Kamiliyah, dan lain-lain.
Latar Belakang Timbulnya Firqah
Banyak hal yang melatarbelakangi timbulnya aliran-aliran dalam Islam, baik pada masa lalu maupun pada masa jahiliah moderen sekarang ini. Ada yang dilatarbelakangi oleh kepentingan politik, pribadi, kelompok, atau golongan, atau juga agen-agen Zionis yang ingin menghancurkan Islam, baik secara langsung maupun tidak.

Sabtu, 22 Desember 2012

Shalat Lima Waktu

Artikel ini adalah bagian dari seri Islam
Allah-eser-green.png
Rasul

Nabi Muhammad SAW
.
Kitab Suci

Al-Qur'an
.
Rukun Islam
1. Syahadat · 2. Salat · 3. Zakat
4. Puasa · 5. Haji
Rukun Iman
Iman kepada: 1. Allah
2. Malaikat · 3. Kitab Allah ·4. Rasul
5. Hari Akhir · 6. Qada & Qadar
Tokoh Islam
Nabi & Rasul
Sahabat
Ahlul Bait
As-Sabiqun al-Awwalun
Salaf as-Shalih
Kota Suci
Mekkah · & · Madinah
Kota suci lainnya
Yerusalem · Hebron · Bayt Lahm
Istanbul · Ghadir Khum
Hari Raya
Idul Fitri · & · Idul Adha
Hari besar lainnya
Ramadhan
Isra & Mi'raj · Maulid Nabi
Tahun baru Islam · Lailatul Qadar
Arsitektur
Masjid ·Menara ·Mihrab
Ka'bah · Arsitektur Islam
Jabatan Fungsional
Khalifah ·Ulama ·Muadzin
Imam·Mullah·Mufti
Hukum Islam
Al-Qur'an ·Hadist
Sunnah · Fiqih · Fatwa
Syariat · Ijtihad
Manhaj
Salafiyyah
Mazhab
Sunni:
Hanafi ·Hambali
Maliki ·Syafi'i
Lain-lain:
Ibadi · Barelwi · Deobandi
Khawarij·Syi'ah
Murji'ah·Mu'taziliyah
Mujassimah·Asy'ariyah
Lihat Pula
Portal Islam
Indeks mengenai Islam
Salat lima waktu adalah salat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari. Hukum salat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab tertentu.
Salat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah menurunkan perintah salat ketika peristiwa Isra' Mi'raj.
salat lima waktu tersebut adalah:
  1. Subuh, terdiri dari 2 rakaat. Waktu Shubuh diawali dari munculnya fajar shaddiq, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya Matahari.